FENOMENA PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA BANDUNG

24 05 2009

 Selama Bandung masih dalam proses pengembangan kota atau wilayahnya, maka akan terjadi persoalan persoalan yang muncul yang berkaitan dengan pola kehidupan masyarakatnya dan hal ini jelas sekali akan berpengaruh pada kehidupan perkotaannya. Akibat dari datangnya urbanisasi yang tidak jelas pola dan arahnya, kota Bandung menjadi limpahan dari para pedagang kecil yang memang sangat mengerti keuntungan dalam mencari nafkah disituasi kota seperti ini.

Dalam menangani perbagai masalah kota yang begitu semrawut, tidak cukup hanya dengan sebuah makalah yang tidak berisi konsep pengembangan kota yang menyeluruh, karena persoalan kota sangat menyangkut persoalan kehidupan kelompok manusia yang saling bergantungan satu sama lain sehingga didalam menyelesaikan persoalan yang timbul, kita harus tetap mempunyai komitmen kepada keseluruhan aspek yang sangat berkaitan dan juga apabila segala aspek sosial tidak dapat diakomodir, maka konsep sebaik apapun tidak akan berhasil untuk dilaksanakan.

Jadi dalam hal fenomena kaki lima ini, kota Bandung sampai saat ini masih belum bisa mempunyai solusi yang baik karena didalam penyelesaiannya ternyata sangat banyak berkaitan dengan dengan masalah sosial yang tidak dapat hanya dilihat dari satu sisi, karena kehidupan sosial masyarakat kota sangat beragam dan juga sangat mempunyai ciri yang sulit untuk dianalisa dengan baik dan apabila masyarakat kaki lima kita arahkan untuk menjadi masyarakat pertokoan, jelas hal ini tidak akan berhasil karena antara masyarakat kaki lima dan masyarakat pertokoan sangat berbeda, sehingga penanganan keduanya pun sangat berbeda.

 Lalu apa yang harus kita lakukan ?

Pertama :     Kita harus melihat kota bukan sebagai tempat satu golongan manusia atau satu tingkat kehidupan masyarakat

Kedua    :     Dalam pengindentifikasian masalah harus ditekankan kepada masalah sosial yang sangat peka terhadap perkembangan keadaan politik dan situasi negara

Ketiga    :     Apabila terjadi suatu persoalan kota yang diakibatkan oleh pedagang kaki lima, kita harus melihatnya dari segi kehidupan kakilima dan dilema yang mereka hadapi

Keempat :     Didalam kajian ilmiah masyarakat kota, kita harus melihat segi yang menyangkut kehidupan masyarakat bawah yang sangat memerlukan kehadiran pedagang kaki lima ini

Kelima    :     Apabila didalam suatu masyarakat kota tidak ada kelompok bawah ini, apakah kehidupan kota akan terjadi ?

Keenam  :     Didalam kelompok masyarakat kota, harus lebih dilihat akibat yang timbul apabila kelompok kaki lima ini tidak ada, dan hal ini harus ditinjau dari segi kehidupan sosial yang akan sangat mendominasi kehidupan kota

Ketujuh  :     Didalam kajian ilmiah mengenai perkotaan dari sisi Ruang Kota, maka harus dilihat Ruang Kota sebagai tempat kehidupan kota bukan sebagai dunia keindahan semata, jadi tidak mungkin kita menyelesaikan masalah perkotaan hanya dilihat dari segi keindahan kota.

Kedelapan:   Dengan mengutamakan kaidah kebersamaan antara golongan dan tingkatan masyarakat kota, maka sudah sewajarnya kita mempunyai solusi yang berthema kebersamaan yang indah bukan keindahan untuk dinikmati bersama.

 

KARAKTERISTIK MASYARAKAT PEDAGANG KAKI LIMA

 

Masyarakat kaki lima pada umumnya adalah masyarakat yang mencoba bertahan hidup didalam situasi sesulit apapun dan mereka ini mempunyai mental yang cukup kuat dan apabila mereka dihadapkan pada situasi yang cukup sulit, maka mereka akan dengan mudah mengatasi.

Disatu sisi, masyarakat ini sangat lemah dari keleluasaan dan juga sangat lemah terhadap hak azazi manusia karena dilain sisi dia mengharapkan adanya perlindungan hal mereka untuk berusaha, tetapi disisi lain kadang kadang mereka mengganggu hak azazi orang lain. Masalahnya, justru dalam hal inilah mereka berusaha karena ternyata mereka sangat memanfaatkan jalur sirkulasi yang ada didaerah pertokoan dan apabila hal ini didiamkan maka akan menjadi masalah serius bagi lingkungan setempat dan pada akhirnya menjadi masalah serius bagi perkotaan.

Jadi apabila kita melihat karakteristik masyarakat ini, kita juga tentunya tidak hanya melihat mereka hanya sebagai sampah kota yang membuat sepertinya kota menjadi buruk rupa, lebih dalam lagi kita justru melihat suatu aspek kehidupan penunjang masyarakat kota yang senantiasa menghendaki berbagai fasilitas kehidupan terpenuhi dengan mudah dan hal ini sangat erat berkaitan dengan karakteristik masyarakat dari golongan manapun.

Walaupun Pemerintah setempat berusaha sekuat tenaga atau mengeluarkan peraturan seketat apapun, golongan masyarakat ini tidak akan pernah bisa mengikuti peraturan ataupun rencana kota yang tidak memperlihatkan solusi bagi inti kehidupan mereka sehingga pada akhirnya terjadi main kucing kucingan antara aparat pemerintah dengan mereka, sehingga akibatnya pertumbuhan pedagang ini semakin subur dan menjadi lahan bagi aparat pemerintah karena ternyata mereka dapat dengan mudah mendapat ijin usaha ditempat manapun dan faktor ini merupakan salah satu pemicu berkembangnya pedagang kaki lima ini.





Grafiti di Jl. Siliwangi

26 10 2008

Ada rasa gembira tatkala mendengar sebuah rencana kepedulian terhadap wajah dinding jalan Siliwangi, namun kegembiraan berganti menjadi kegalauan ketika mendengar bentuk kepedulian itu berupa penggambaran pada dinding tersebut

Hah ?, Ada apa ? Kenapa dinding itu harus diberi gambar ? Bukankah dengan dibersihkan saja sudah cukup indah ?
Sampai detik ini pun hati ini masih tetap tidak menerima pada kenyataan yang terjadi .. Dinding itu tetap digambar-gambar…dilukis-lukis… oleh sekelompok manusia. Betapa malu hati ini, kenapa harus terjadi ? Apakah mereka kurang pekerjaan? Atau mereka membutuhkan sebuah tempat untuk dapat mempertontonkan kebolehan dan kehebatannya dalam gambar menggambar kepada masyarakat luas di Bandung ini.

Jalan Siliwangi adalah sebuah jalan yang indah disaat dulu mulai dibentuk dan kemudian dijadikan jalan penghubung bagian Utara Barat kota Bandung dengan Utara Timurnya. Jalan ini masih tetap berfungsi seperti yang direncanakan dulu, namun dalam kepadatannya sudah sangat tidak terkendali lagi. Rasanya sudah tidak terlihat lagi keindahan yang dulu pernah menjadi kebanggaan kota.

Akibat sebuah longsor yang pernah terjadi pada saat hujan lebat, dibuatlah dinding penahan tanah sebagai antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya longsor kembali.
Pada saat pembangunannya, muncul suara2 yang pro maupun yang kontra, yang merupakan hal yang biasa bagi sebuah perbuatan yang dianggap akan memberikan suatu pemandangan baru dari wajah jalan. Namun akhirnya suara suara kontra berubah menjadi mendukung ketika dinding itu selesai karena memang terlihat bagus dan tidak membuat jalan Siliwangi menjadi buruk rupa, bahkan dengan penampilan material yang natural tanpa polesan apa apa, tampilam dinding ini seolah olah memperlihatkan sebuah kejujuran dari sebuah keindahan buatan yang bersatu dengan keindahan alam disekitarnya.

Waktu terus bergulir, jalan Siliwangi pun mengalami perubahan dalam kepadatan lalu lintasnya, yang memunculkan idea idea gila dari beberapa kelompok masa yang merasa dinding itu adalah tempat untuk menyampaikan aspirasinya. Dengan teganya mereka membuat dinding ini menjadi begitu menderita oleh tempelan tempelan kertas yang menurut mereka lebih penting daripada wajah indahnya.

Ah betapa menderitanya dia, warga Bandung yang dianggap akan mencintainya ternyata membuatnya coreng moreng tidak karuan, mungkin kalau dinding itu mampu mengekspresikan perasaannya dia akan menjerit, memohon pada setiap orang yang merekat wajahnya dengan secarik kertas untuk tidak melakukannya, betapa wajah itu menjadi porak poranda penuh dengan tempelan yang compang camping. Sungguh sedih hati ini, betapa kejamnya manusia.

Wajah muram tidak bercahaya itu tidak berdaya menolak dirinya untuk diperlakukan semena mena oleh kelompok demi kelompok manusia, dengan segala duka dia membiarkan wajahnya ditempel dan dicoreng demi yang dinamakan sebuah aspirasi.
Semakin lama wajah itu semakin kuyu, duka dihati semakin dalam terasa, manusia semakin tidak peduli pada deritanya………….….dan…………..

Ketika ada sebuah gagasan muncul akan memperindah kembali wajah itu … rasa syukur terucap dari masyarakat yang peduli…harapan pun muncul akan kembalinya sebuah keindahan.
Seperti seorang pengantin wanita yang sedang menunggu pria pendampingnya, hati ini berdebar..bagaimanakah rupa para penyelamat ini, bagaimana cara mereka mereka membuat wajah ini kembali bersinar dengan segala keindahannya? Tak sabar rasanya menanti saat itu tiba.

Saat yang ditunggupun tiba…..
Hari pertama, wajah itu dibersihkan dari segala coreng moreng, mulai kelihatan berseri kembali, seolah olah tidak pernah ada penderitaan. Nafaspun lega, Alhamdulillahi Rabbil Alamin, akhirnya wajah itu berseri kembali.
Hari kedua… loh …kok dipetak petak ? Mau diapain dia ?.. Kenapa banyak orang yang membawa cat warna ?.. Loh ada apa ini? Kenapa banyak orang berbondong bondong datang dengan kwas ditangannya ?…………….?………

Yaa ampuuun Gusti, kenapa kwas itu berubah menjadi senapan ? Kenapa cat warna itu berubah jadi peluru tajam…… Tolong….tolooong .. Ampun ..ampuuun…. kasihani wajah ini….. jangan…jangan disiksa lagi.. Jangan .. jangaan .. tembakkan peluru itu kewajahku…sakit .. sakit .. sakiiiiit sekali……Ampun….ampuun ampuun jangan disiksa lagi wajah ini, …ampuuun….ampuuun….ampuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuun. !!!!!!!!!!!.

…………………………………………………………………………………………………………………

Jangan biarkan aku menderita lagi
Jangan biarkan aku tersiksa lagi
Biarkan aku bersinar lagi
Walau dalam kesederhanaan

Jangan lukai wajahku lagi
Jangan warnai wajahku lagi
Biarkan aku bersatu lagi
Dengan keindahan alam sekitar

Tolong bersihkan kembali wajah ini
Tolong rawat kembali wajahku ini
Jangan biarkan seorangpun mengotori lagi
Agar kebahagiaan selalu terpancar
Dalam sinar keindahan alam.





Bandung bertutur

25 10 2008

Ketika awan menyelimuti diriku jaman dulu
Terasa sejuk dan nyaman seluruh jiwa ragaku
Dan ketika hujan mengguyur seluruh tubuhku jaman dulu
Terasa segar seluruh hati sanubariku
Dan ketika burung bernyanyi dimukaku
Wahai indah nian suara kicau merdunya

Setelah waktu yang begitu indah berlalu seperti angin lalu
Jiwaku kini terasa hampa dan nestapa
Melihat luka yang ada diseluruh badanku
Melihat segala yang dulu kukira hanya bayangan buruk semata

Wahai manusia yang berada didalam jiwa ragaku
Dengarlah jeritan dukaku ini
Betapa sakit hati ini
Betapa nestapa ragaku ini
Betapa tega engkau menyiksa diriku seperti ini
Betapa tega engkau membuat aku menderita seperti ini

Wahai manusia penghuni jasadku
Jangan engkau berbuat sesuka hatimu
Jangan engkau berbuat yang membuat diriku tersiksa
Jangan berbuat semau pikiranmu

Lihatlah diriku
Lihatlah mukaku
Lihatlah mataku
Dan lihatlah jiwa dan hatiku
Apakah engkau melihat suatu kebahagiaan tersisa
Apakah engkau melihat keceriaan berada
Apakah engkau melihat kecantikan semata

Wahai manusia penghuni alamku
Lihatlah selalu pada ragaku
Lihatlah selalu pada jiwaku
Dan lihatlah selalu pada lukaku
Akibat ulahmu yang sangat bernafsu
Untuk membuat diriku seperti debu
Yang tidak berarti tertiup deru
Yang tidak berbau tertiup kalbu

Wahai manusia penghuni ragaku
Mengapa engkau begitu bernafsu
Pada diriku yang kini berpadu
Dengan segala yang bersifat nafsu
Padahal dulu aku berada
Pada masa yang penuh bahagia
Karena ragaku tiada terluka
Oleh derita yang sekarang ada

Wahai manusia yang telah menganiaya
Jangan engkau teruskan kekejamanmu
Pada diri yang telah meronta
Pada diri yang telah meminta
Untuk suatu pengampunan dosa
Apabila memang itu ada

Wahai manusia penghuni alamku
Tengoklah selalu pada masa jayaku
Tengoklah selalu pada masa indahku
Tidak ada luka didalam tubuhku
Seperti apa yang engkau lakukan kini
Seperti apa yang engkau berikan padaku
Karena engkau tidak pernah menerima
Karunia diriku sebagai karunia Tuhanmu
Yang harus dijaga dengan penuh kelembutanmu
Yang harus kau jaga seluruh kesegaranku
Yang harus kau jaga seluruh kecantikanku
Yang akan selalu memberimu keteduhan hati
Pada saat engkau tertimpa derita hidupmu
Pada saat engkau termenung rindu
Kepada apa yang telah engkau dapatkan
Dari seluruh bathin dan jiwa ragaku

Wahai manusia penghuni badanku
Benahilah aku setulus hatimu
Rindukanlah dirimu pada kecantikanku dulu
Rindukanlah hatimu pada kesegaranku dulu
Rindukanlah jiwamu pada ketenanganku dulu

Wahai manusia yang telah lama menduduki diriku
Kasihanilah aku sepenuh hatimu
Kasihanilah aku sepenuh ragamu
Kasihanilah aku setulus jiwamu
Karena aku kini tersiksa
Oleh luka yang semakin menyakitkanku
Oleh luka yang memenuhi seluruh jiwa ragaku
Oleh luka yang tidak dapat aku sembuhkan lagi
Karena hanya engkau wahai para manusia
Yang dapat membuat diriku pulih kembali
Pada kesegaran dan kecantikan abadi
Yang akan membuat diriku sehat kembali
Yang akan membuat diriku bernyanyi kembali
Karena hatiku terasa sangat bahagia
Dengan apa yang telah engkau lakukan dengan rela
Dengan apa yang engkau lakukan dengan penuh kasih
Pada diriku yang teramat renta
Karena tua termakan usia

Wahai manusia berhati luhur
Tiada lain yang dapat aku sampaikan sekarang
Hanya sebuah harapan akan keluhuran jiwamu
Untuk merawat badanku dari luka dan kepedihanku
Agar aku dapat memberimu
Kebahagiaan abadi yang engkau dambakan
Karena aku adalah karunia
Dari Tuhanmu yang Maha Esa
Yang seharusnya engkau syukuri
Dan seharusnya engkau sayangi
Dengan sepenuh jiwa ragamu
Agar aku bertambah kuat dan sehat
Dalam menjalankan tugas beratku
Memberi kehidupan bahagia
Pada kamu semua yang aku cinta

Dan cintailah aku selamanya
Agar hatiku tentram bahagia
Seperti apa yang engkau akan terima
Sebagai karunia
Dari Tuhan Yang Maha Esa
Amin.