Ketika awan melayang diatas langit
Ketika suara angin berderu pahit
Menggegar suara membuat hati menjerit
Berseling rintih luka nan pedih
B a l i ,
Pulau yang sering dijadikan pertanda
Yang selalu menjadi impian insan dunia
Yang selalu membuat orang terpana
Dalam menikmati keindahan alam semesta
Akankah menderita karena ulah seorang manusia
Bila hati ingin berkata
Bila hati ingin bicara
Tidak ada satu kata bisa terbaca
Kecuali satu, …. kata terluka
B a l i , t e r l u k a
B a l i , t e r l u k a
dan
B a l i , t e r l u k a
****
Betapa hati ingin menduga
Pada apa yang telah jadi pertanda
Betapa hati ingin bersama
Pada siapa yang menderita
Namun hati tetap bertanya
Apa yang sedang terlanda
Adakah Bali yang akan dicoba
Ataukah Bali akan didera
Tuhan, beri aku pertanda
Beri aku wasangka
Yang membuat seorang insan didunia
Merasa duka yang tiada tara
Karena dia telah membuat bencana
Karena dia berhati srigala
Dan dia bukan manusia
****
Wahai insan didunia
Mengapa engkau tidak berdaya
Melihat diriku tertimpa petaka
Melihat diriku penuh luka
Melihat aku begitu menderita
Jangan engkau bersyak wasangka
Pada seluruh umat didunia
Yang terlihat seperti sama
Karena ternyata hanya satu yang berbeda
Dan dia bukan manusia
Dan dia bukan insan beragama
Dia bukan mahluk yang berhati manusia
Namun manusia yang berhati srigala
****
Bali, pulau dewata
Pulau tempat bersemayan para dewa
Tempat bertemu kaum agama
Namun engkau begitu tega
Membuat dirinya terluka
Namun engkau begitu tega
Membuat dirinya menderita
Jangan, jangan engkau berkata
Jangan engkau berbahasa
Bahwa apa yang sedang ada
Hanya sebuah kejadian biasa
Jangan engkau menduga
Pada apa yang engkau paksa
Akan berbuah hasil bahagia
Karena semua hanya bencana
Yang akan membawa petaka
Pada seluruh insan didunia
Yang menderita karena keinginan berkuasa
Dan andai sesaat engkau merasa kuasa
Akan terasa betapa luka tetap terbuka
Karena bukan cara yang seperti engkau duga
Untuk mencapai kuasa dunia
****
Bali, jangan engkau bersedih, sayang
Jangan engkau menangis, manis
Jangan engkau meratap duka
Engkau akan tetap seperti sedia kala
Walau ada luka yang senantiasa terbuka
****
Wahai mahluk berhati srigala
Coba engkau periksa hati yang telah ada
Adakah rasa yang tertanam didalam dada
Adakah haru yang selalu membuatmu terbuka
Adakah resah yang selalu membuatmu duka
Wahai manusia yang berakal sempurna
Adakah Tuhanmu membuat upaya
Adakah Tuhanmu membuatmu agar berkuasa
Adakah Tuhanmu membuatmu merasa perkasa
Jangan engkau berpura pada orang beragama
Jangan engkau berpura pada kaum papa
Tataplah mata dengan kejujuran jiwa
Adakah Tuhan didalamnya
Adakah Tuhan dalam tujuannya
Andai disana terlihat apa yang engkau rasa
Andai disana tidak terlihat apa yang harus engkau minta
Tataplah mata sampai ada sebuah cahaya
Dimana Tuhan sebenarnya selalu berkata
Jujurlah pada hati yang luka
Jujurlah pada hati yang papa
Jangan engkau merasa kuasa
Jangan engkau merasa perkasa
Karena hanya Aku yang memberi pertanda
Pada siapa yang Aku rasa
Pantas berada pada keadaan kuasa
Dan itu bukan kamu
Dan itu bukan manusia biasa
Dan itu bukan manusia berhati srigala
Dia adalah manusia bersahaja
Dia adalah manusia yang taqwa
Dan dia bukan orang yang selalu membuat orang lain terluka
Dan juga bukan orang yang ingin membuat duka
****
Sadarilah wahai manusia
Sadarilah wahai para penguasa
Jangan beragama jika tidak bertindak bijaksana
Jangan beragama jika tetap ingin berkuasa
Karena kuasa bersifat sementara
Yang membuat engkau terlena
Pada apa yang telah engkau punya
Sehingga lupa pada arti yang sebenarnya
Bahwa agama bukanlah cara
Agama bukanlah untuk berkuasa
Karena agama hanya untuk di “baca”
Dalam kaidah yang telah berada
Dalam nuansa yang selalu serta
Pada setiap kehidupan manusia
Agar selalu hidup bahagia
Dalam lindungan dan karunia
Tuhan Yang Maha Esa.
Amien